Studium Generale Konseling: Mengatasi Luka Masa Lalu untuk Mempersiapkan Masa Depan yang Lebih Produktif

February 16, 2021, oleh: superadmin

Yogyakarta – Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KPI UMY), mengadakan Studium Generale Konseling dengan tema, “Mengatasi Luka Masa Lalu untuk Mempersiapkan Masa Depan yang Lebih Produktif” pada Rabu (10/02) melalui aplikasi Zoom Cloud Meetings. Peserta dalam kegiatan ini adalah mahasiswa KPI yang mengambil konsentrasi konseling dan seluruh mahasiswa KPI angkatan 2020.

Pada kesempatan kali ini, Prodi KPI menghadirkan Elly Risman, Psi, pakar psikolog anak dan keluarga sebagai pemateri. Kegiatan dibuka langsung oleh moderator, Novia Fetri Aliza, M.Psi, Psikolog, dosen konsentrasi konseling Prodi KPI UMY. Kemudian, dilanjutkan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Alfi Sahri, mahasiswa KPI UMY dan sambutan Ketua Program Studi KPI, Twediana Budi Hapsari, Ph.D. Twediana mengungkapkan,“Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk meyakinkan pilihan konsentrasi bagi mahasiswa KPI angkatan 2020.” Ungkap Twediana.

Hal berbeda dalam Studium Generale kali ini adalah peserta tidak mendengarkan sebuah materi layaknya kuliah umum biasanya, namun peserta menjadi seorang pasien psikolog, dengan tata tertib yang sudah dijelaskan oleh Elly, yaitu peserta diminta melipat kertas seukuran HVS menjadi enam bagian, kemudian di setiap bagian HVS, Peserta diminta untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh Elly. Hal ini dilakukan agar emosi negatif yang terbendung di dalam diri peserta dapat disampaikan melalui tulisan.

Elly mengatakan, “Luka di masa lalu sering disebabkan karena kekeliruan orang tua dalam melakukan komunikasi. Diantaranya tidak membaca bahasa tubuh, tidak mendengar perasaan anak, tidak punya waktu untuk menjadi pendengar aktif dan masih banyak lagi. Ditambah terdapat 12 gaya populer yang sering dipraktekkan orang tua seperti memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, dan lain-lain,” tegas Elly. Tidak hanya itu, Elly juga berpesan kepada peserta agar tidak mencoba menasehati orang apabila emosi diri sendiri sedang bermasalah. Kemudian jangan lupa bahwa perasaan setiap manusia itu penting. Apabila diperhatikan dan diterima maka orang tersebut akan merasa berharga.  Sebaliknya, apabila perasaan tidak dianggap, maka orang akan merasa tidak berharga dan merasa dibandingkan.

Kegiatan ini mendapatkan tanggapan yang sangat positif dari para peserta, hal ini dibuktikan dengan antusias dan keaktifan peserta dalam menjawab pertanyaan pemateri. “Acaranya menarik, apalagi pembahasannya memang sering dialami oleh pendengar. Ditambah pemateri yang asik, sehingga para audience nyaman dan tidak bosan mendengarkan”, Ujar Fawwaz, mahasiswa aktif KPI. Kegiaan ditutup dan diakhiri dengan foto bersama secara virtual.  *(SUMR – ICC Jurnalistik)